Sunday, December 5, 2021

FILSAFAT, EGO, DAN KESEMPURNAAN


        Diantara persoalan dalam belajar ilmu apapun, termasuk filsafat, bagi siapapun,  baik untuk mahasiswa  S1, S2, maupun S3,  adalah ego.  Semakin tinggi 'derajat' seseorang, biasanya egonya juga semakin tinggi. Jika seseorang memiliki ego yang tinggi, dia  tidak mau belajar tentang apa yang tidak diketahui. Jika sudah demikian adanya, maka akan menjadi kendala bagi dirinya untuk belajar.  Orang yang memiliki ego yang tinggi dia tidak akan mendapatkan apa-apa di dalam belajar filsafat karena dia tidak merasa butuh dengan filsafat. 


        Orang belajar filsafat  yang sudah mencapai level mumpuni selayaknya  perlu penyaluran ide ide kefilsafatannya baik  melalui mengajar, diskusi,  ataupun  juga bisa menuangkannya dalam bentuk tulisan yang di-share di media sosial seperti Facebook, Twitter, bog, atau yang lain.  Ketika ide-ide filosofis itu di-share maka akan ada dua kemungkinan, yaitu ada kemungkinan positif dan kemungkinan negatif. Dampak positifnya dia bisa berdiskusi dengan banyak orang. Bhakan idenya menjadi pedoman dan disebarkan kepada orang yang lebih banyak jumlahnya. Dampak negatifnya, apa bila ada orang lain yang tidak begitu paham mendebat tentang pemikiran filsafat tertentu, hal itu akan mengakibatkan konflik yang tidak produktif sehingga  kadang-kadang jadi viral atau menciptakan kegaduhan yang tidak menguntungkan dari berbagai pihak.  Di sinilah pentingya batasan.



      Orang bijak berkata bahwa sebaik-baik filsafat adalah batasan, yaitu mengetahui dimana batas kita melakukan sesuatu. Kapan harus diam, kapan harus berbicara, kapan harus mendengarkan, dll. Mengapa?? Karena kita memang punya banyak keterbatasan. Itu artinya kita tidak bisa berpikir, memahami, menguasai, bahkan kita tidak bisa bersahabat dengan segala hal karena kita punya keterbatasan-keterbatasan. Ketika kita tidak sadar akan batas-batas itu, berarti kita terindikasi memiliki ego yang (terlalu)tinggi. Untuk itu perlu sebuah cara yang bisa menurunkan ego kita yang  itu bisa disebut dengan luruh ego.  


        Objek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Maksudnya adalah yang ada dan mungkin ada di dalam pikiran. Jadi, secara sederhana filsafat itu hanya ada dua, yaitu yang pertama menjelaskan apa yang ada dalam pikiran, dan yang kedua adalah memahami apa yang ada di luar pikiran. Agar sesuatu itu mungkin ada maka kita bisa menggunakan panca indera kita dari melihat, mendengar, merasa dan seterusnya. Dan pada pancaindera itu ada karunia yang amat besar. Kita bisa berfikir akan ide-ide, merasakan pengalaman, menikmati lezatnya makanan, menghirup bau parfum yang segar, serta mendengarkan alunan musik yang merdu. Namun demikian, kita perlu sadar, bahwa sebesar apapun kemampuan kita 'memberdayakan' panca indera, kita memiliki banyak keterbatasan. Dan itu juga mesti kita sadari sebagai karunia dari Tuhan.


           Manusia bisa hidup karena ketidaksempurnaannya. Jika seseorang memiliki kesempurnaan maka dia tidak akan bisa hidup. Misalnya, kalau ada seseorang diberi kesempurnaan di dalam melihat melihat apa saja maka hal itu akan sangat mengerikan. Sebab,   dia bisa melihat apa saja termasuk hal-hal yang tidak biasa seperti siksa kubur. Maka, dia akan tersiksa dengan kesempurnaan itu. Termasuk, kalau dia mengetahui apapun itu juga akan membuat dia menjadi tidak tenang dan gelisah. Maka yang perlu dilakukan adalah bukan meminta kesempurnaan. Yang terbaik adalah memohon yang terbaik bagi kita kepada Tuhan yang sesuai dengan sunnatullah.  Maka yang terbaik juga adalah melakukan metode itu saling memberi dan saling menerima,  sehingga satu sama lain saling memenuhi kebutuhannya. 


       Filsafat pun tidak bisa menjawab semua persoalan, terutama masalah spiritualitas yang posisinya lebih tinggi dari filsafat. Dan, karena spiritualitas itu ada pada ranah keyakinan. Oleh karena itu kita tidak selayaknya membahas spiritualitas seperti tentang hakikat Tuhan hanya dengan pikiran. Maksudnya adalah kita jangan sampai menganalisis hakikat ketuhanan dari sisi pikiran karena itu sangat berbahaya. Ternyata filsafatpun bukanlah ilmu yang sempurna. Tiada sesuatu yang sempurna kecuali Sang Maha Sempurna, yaitu  Tuhan, Allah swt.

No comments:

Post a Comment

Curriculum Vitae

  CURRICULUM VITAE Data Diri Nama Lengkap Raden Muhammad Ali,S.S., M.Pd. Tempat, Tgl Lahir Gresik, 16 Februari 1977 Alamat e-mail raden.ali@...