BAB I
PENDAHULUAN
A. Ilustrasi Pengantar
Kisah berikut ini terjadi sekitar sepuluh tahun yang lalu di Amerika. Tapi masih cukup relevan untuk menggambarkan bagaimana portofolio elektronik mempengaruhi karir, bahkan nasib seseorang. Dan hal ini yang kemudian juga diadopsi di dunia Pendidikan. Berikut kisahnya yang diambil dari sebuah buku berjudul Assessing the Future: E-Portfolio Trends, Uses, and Options in Higher Education (Reese, Michael; Levy, 2009):
Shenan, kandidat gelar ganda Johns Hopkins University (Maryland, USA), memasarkan dirinya dengan empat resume yang berbeda. Dalam waktu kurang dari satu jam pada malam awal Desember, dia membuat empat presentasi web yang disesuaikan dengan imprimatur Johns Hopkins. Dia secara bergantian menampilkan pertunjukan dan karya akademisnya dalam mengejar gelar musiknya di Peabody Conservatory, dan pengabdian ilmiah dan masyarakatnya sebagai jurusan ilmu politik. Selama lebih dari tiga tahun, dia telah mendokumentasikan pencapaiannya pada proyek penelitian, publikasi, pertunjukan, tugas kursus, dan ulasan. Artefak e-portofolio yang disimpan dalam bentuk digital ini sekarang dapat dirakit dan diatur ulang sesuai pilihannya. Dia mengirimkan URL yang berbeda ke kantor penerimaan lulusan dan calon pemberi kerja, secara bergantian menempatkan penekanan lebih besar pada pekerjaan akademisnya, pertunjukan artistik, atau layanan masyarakat.
Selama karir akademisnya, pekerjaan Shenan dalam menyusun e-portofolio mendorong refleksi kritis pada detail dan lintasan pelatihannya. Dalam pertemuan dengan penasihatnya dan orang lain, e-portofolionya berfungsi sebagai arsip yang selalu dapat diakses, memungkinkan penarikan kembali pekerjaan tertentu dari kelas tertentu sejak tahun pertama. Dengan izin Shenan, penasihatnya merujuk dan menampilkan e-portofolio Shenan dalam berbagai diskusi dengan rekan kerja. Sebuah proyek penelitian lapangan inovatif yang ia selesaikan di tahun keduanya mendorong diskusi di antara fakultas ilmu politik tentang persyaratan penelitian baru yang sekarang sedang dipertimbangkan. Pekerjaan Shenan secara keseluruhan memainkan peran yang berkontribusi ketika universitas menempatkan dirinya dalam tinjauan akreditasi baru-baru ini. Portofolionya akan mengikutinya setelah lulus, membantunya mewakili pekerjaannya sebagai profesional muda sambil menghubungkannya—baik secara virtual maupun harfiah—dengan almamaternya.
Begitulah kira-kira kisah yang menggambarkan bagaimana portofolio elektronik dapat berfungsi sebagai media yang sangat menarik, fleksibel, dan kekinian di dalam ‘memasarkan’ studi, penelitian, proyek pengabdian, bahkan karir dan pekerjaan seseorang. Hal semacam ini (e-portfolio) yang kemudian berkembang begitu cepat dan seiring dengan perkembangan dan kemudahan di bidang teknologi informasi, terutama, internet, juga merambah ke dunia pendidikan.
B. Latar Belakang
Virus Corona yang mewabah sejak akhir tahun 2019 telah menyebar begitu cepat dari daerah Wuhan, China hampir ke seluruh penjuru dunia. Penyebaran virus yang kemudian menjadi pandemi dunia ini memaksa warga dunia merubah cara hidup dan cara beraktivitasnya dalam hamper semua aspek kehidupan (Bylieva et al., 2020). Praktek di dunia pendidikan tidak mengalami pengecualian (Tria, 2020). Proses pembelajaran yang semula dilaksanakan secara tatap muka di kelas-kelas sekolah atau kampus kemudian dilarang karena menimbulkan kerumunan dan tidak bisa menjaga jarak minimal. Kampus/sekolah ditutup, dosen/ guru dan mahasiswa tidak dapat melaksanakan pembelajaran secara tatap muka langsung. Di sisi lain, pemerintah, guru/dosen, siswa/ mahasiswa dan orang tua tetap berharap agar proses pembelajaran tetap berlangsung. Guru/ dosen, dan siswa/ mahasiswa harus mencari cara yang memungkinkan agar pembelajaran tetap bisa berlangsung meskipun siswa/ mahasiswa dan guru/ dosen tidak bertemu langsung. Pembelajaran secara online (dalam jaringan) adalah jawabannya (Herliandry et al., 2020). Situasi pandemi Covid 19 telah memaksa pembelajaran dilakukan secara online (Dhawan, 2020).
Di Indonesia, penerapan pembelajaran online masih belum marak dilakukan. Hal ini dikarenakan masih terkendalanya pembelajaran daring, terutama di level pendidikan dasar dan menengah. Suharwoto, Plt. Kapusdatin Kemendikbud Republik Indonesia, mengungkapkan bahwa pembelajaran di masa pandemik di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Diantara kendala tersebut adalah : (1) ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah, (2) keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3) keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi pendidikan seperti internet dan kuota, (4) relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral(Suharwoto, 2020). Meskipun demikian, untuk level perguruan tinggi, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan hal yang berbeda. Menurutnya, pembelajaran online di perguruan tinggi akan menjadi sesuatu yang permanen. Ia pun berharap bahwa pembelajaran online di perguruan tinggi akan memunculkan model-model yang lebih beragam (Makarim, 2020)
Pembelajaran online diharapkan tetap efektif, efisien, menarik dan interaktif. Meski guru/ doden dan siswa/ mahasiswa tidak bertatap muka langsung, pembelajaran diharapkan tetap mampu menambah pemahaman siswa akan materi yang diharapkan oleh kurikulum. Lebih jauh lagi bagaimana pembelajaran yang hanya berhadap-hadapan melalui layar antara guru dan siswa tetap memungkinkan interaksi yang menyenangkan selama guru/ dosen mendampingi siswa/ mahasiswa belajar dari rumahnya masing-masing. Hal ini mensyaratkan literasi teknologi informasi yang cukup pada semua stake holders, terutama guru dan siswa. Media tersebut diharapkan mampu mengapresiasi siswa tidak hanya pada level kognitif seperti pemahaman saja, tetapi sampai pada level yang lebih tinggi atau yang biasa disebut HOTS (Higher Order Thinking Skills) seperti evaluasi dan kreasi. Penggunaan portofolio elektronik telah terbukti dapat mendorong siswa belajar secara mandiri (Song, 2020) dan telah banyak digunakan di berbagai Negara maju di dunia, seperti di Negara-negara Eropa.
Era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi memberi kesempatan yang sangat luas bagi dunia pendidikan untuk melakukan pembelajaran secara online. Banyak perguruan tinggi di dunia menggunakan portofolio elektronik ( eportfolio) untuk pembelajaran. Portofolio elektronik diyakini dapat memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk menunjukkan hasil belajar mereka dengan bukti-bukti atau artefak berupa tulisan, gambar, suara, video, dll. Selain itu, eportfolio juga memberikan kesempatan untuk melakukan diskusi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen dan dosen juga dapat memberikan feedback pada eportfolio mahasiswa.
Portofolio elektronik semakin banyak digunakan di dalam pembelajaran di berbagai perguruan tinggi di dunia (Haggerty & Thompson, 2017) bahkan jauh sebelum terjadinya pandemic Covid 19. Menurut Ciesielkiewicz (Ciesielkiewicz, 2019). Portofolio elektronik atau yang juga disebut dengan eportfolio telah diterima dengan baik di level internasional di negara-negara anggota anggota The Council of Europe, termasuk di Kanada, Amerika Serikat, Australia dan New Zealand. Di Negara-negara maju tersebut banyak sekali ditawarkan proyek/ program terkait topik portofolio elektronik ini. Observasi yang dilakukan oleh Strohmeier (Strohmeier, 2010) menunjukkan meningkatnya implementasi portofolio elektronik pada beragam tingkatan pendidikan dan latar belakang, sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Lebih dari separuh siswa/ mahasiswa di Amerika Serikat telah menggunakan berbagai jenis portofolio elektronik (Dahlstrom, Eden; Walker, D.J.; Dziuban, 2013).
Dalam tulisan ini, akan diungkap evolusi konsep portofolio dari zaman Renaisans hingga saat ini. Tulisan ini menguraikan bagaimana portofolio telah berubah dari folder yang berisi karya seniman ke bentuk penilaian pendidikan tinggi dan itu mempertimbangkan bagaimana teknologi telah membentuk dan mempengaruhi tujuan, penggunaan dan keterlibatan portofolio sejak akhir abad kedua puluh hingga perkembangannya pada awal abad keduapuluh satu ini. Sejarah portofolio elektronik ini penting dibahas karena memang tidak cukup banuyak literatur yang mencoba memaparkannya, baik secara teoretis, pedagogis, dan teknologis terutama kaitannya dalam penerapan di perguruan tinggi.
BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PORTOFOLIO ELEKTRONIK
Pada bagian ini akan dipaparkan tentang sejarah, pengertian portofolio elektronik serta perkembangannya sehingga diterima penggunaannya secara luas di dunia pendidikan termasuk di perguruan tinggi.
- A. Sejarah Portofolio
Secara etimologis kata portofolio berasal dari kata Italia portafoglio. Ini adalah kotak atau map untuk membawa kertas atau gambar lepas. Porta berarti membawa dan folio berarti selembar kertas lepas (Farrell, 2020). Konsep portofolio berasal dari Renaissance Italia, di mana seniman dan arsitek menyusun contoh karya mereka.
Bagi para arsitek, portafoglio adalah sarana untuk mengirimkan desain kepada klien. Misalnya, di Montepulciano pada tahun 1440, arsitek Michellozzo mengajukan portofolio desain untuk rumah sakit baru ke kota untuk disetujui (Kwok & Hui, 2018). Sejak Renaissance, seniman telah menggunakan portofolio untuk memamerkan karya mereka dan mendokumentasikan ide-ide mereka. Buku catatan Leonardo da Vinci yang merupakan folio lepas yang diikat menjadi satu setelah kematiannya adalah contoh menarik dari koleksi portofolio sejarah. Da Vinci menyimpan catatan dan gambar studinya, ide dan penemuannya pada folio lepas yang masih ada lebih dari 7.000 halaman. Selama abad 18 dan 19 portofolio menjadi lebih umum, terutama dalam konteks seni. Ini terbukti dalam sumber tertulis dan visual dari periode tersebut.
Seiring waktu makna portofolio berkembang dari asalnya, yaitu sebagai wadah untuk menyimpan kertas lepas untuk digunakan dalam konteks lain seperti keuangan, pemerintahan, dan pendidikan. Dalam konteks seni, portofolio adalah sarana untuk menampilkan pilihan karya terbaik seniman yang dikuratori untuk audiens tertentu.
- B. Definisi Portofolio Elektronik
Portofolio elektronik atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan eportfolio atau e-portfolio dan ada juga yang menyebutnya dengan online portfolio. Sejak portofolio digunakan secara lebih luas selama dua puluh tahun terakhir, banyak pakar memberikan definisi tentang portofolio elektronik. Paling tidak ada tujuh belas definisi yang banyak digunakan (Farrell, 2020). Ada tiga definisi yang akan dituliskan di sini
Pertama, definisi yang diberikan oleh Lorenzo dan Ittelson (Lorenzo & Ittelson, 2005). Mereka mendedinisikan portofolio elektronik sebagai kumpulan artefak digital termasuk demonstrasi, sumber daya, dan pencapaian yang mewakili individu, kelompok, atau institusi. Koleksi ini dapat terdiri dari elemen berbasis teks, grafik, atau multimedia yang diarsipkan di situs Web atau media elektronik lainnya seperti CD-ROM atau DVD. Sebuah e-portofolio lebih dari sekedar koleksi sederhana—ini juga dapat berfungsi sebagai alat administratif untuk mengelola dan mengatur pekerjaan yang dibuat dengan aplikasi yang berbeda dan untuk mengontrol siapa yang dapat melihat pekerjaan tersebut. E-portofolio mendorong refleksi pribadi dan sering kali melibatkan pertukaran ide dan umpan balik.
Definisi yang kedua menyatakan bahwa portofolio elektronik adalah wadah digital yang mampu menyimpan konten visual dan auditori termasuk teks, gambar, video, dan suara. Portofolio juga dapat menjadi perangkat lunak tidak hanya karena mereka mengatur konten tetapi juga karena mereka dirancang untuk mendukung berbagai proses pedagogis dan tujuan penilaian (Abrami & Barrett, 2005).
Definisi ketiga menyatakan bahwa secara umum, portofolio elektronik adalah pemilihan item (bukti) dengan tujuan tertentu yang dipilih pada suatu titik waktu dari repositori atau arsip, dengan mempertimbangkan audiens tertentu. Proses yang diperlukan untuk membuat eportfolio – untuk tujuan apa pun – termasuk pengambilan dan penyimpanan materi, pemilihan, refleksi, dan presentasi yang berkelanjutan (Järvinen & Kohonen, 1995).
- C. Portofolio Diterima di Perguruan Tinggi
Pada era 1970-1989 ada sejumlah faktor yang mendorong pengenalan portofolio ke perguruan tinggi. Diantaranya adalah pergeseran dari evaluasi yang standar, peningkatan fokus pada peningkatan kualitas, serta hasil penelitian dan perkembangan teori pembelajaran(Farrell, 2020). Pada pertengahan 1990-an, setelah kelahiran web pada tahun 1991, teknologi pendidikan telah mencapai tingkat kesadaran arus utama. Wacana tahun 1990-an seputar teknologi dan pendidikan adalah campuran antusiasme hiperbolik tentang kemungkinan disrupsi, transformasi dan demokratisasi pendidikan tinggi. Dalam konteks sejarah dan sosial tahun 1990-an, portofolio elektronik muncul sebagai bagian dari revolusi digital Web era 1989-1999(Farrell, 2020). Konsepsi awal portofolio elektronik membayangkan versi digital dari portofolio berbasis kertas dari tahun 1980-an. Penelitian dari tahun 1990-an pada portofolio elektronik berfokus pada alat digital, platform dan teknologi untuk memberlakukan portofolio elektronik dan menangkap pengalaman pengadopsi awal bereksperimen dengan paradigma baru (Yancey, 2015)
Portofolio elektronik pertama dibuat menggunakan intranet komputer seperti Apple II, server pertukaran dokumen dan perangkat lunak yang disebut Storyspace. Sebagai contoh, Wall dan Peltier menjelaskan materi perkuliahan menggunakan intranet universitas dengan folder berbasis Mac yang disebut Docex untuk portofolio elektronik kelas mereka (Wall & Peltier, 1996).
Referensi pertama untuk portofolio elektronik dalam literatur adalah tahun 1989 oleh Campbell (Campbell, 1996) yang melaporkan mulai menggunakan portofolio elektronik pada tahun 1989 di sebuah sekolah dasar di Wyoming untuk membuat kompilasi sejarah pekerjaan siswa. Dia menggambarkan pendekatan mereka sebagai "sistem portofolio elektronik - pada dasarnya, bank data arsip tentang pertumbuhan siswa holistik - untuk menyimpan informasi dua dimensi, seperti menulis dan menggambar, dan urutan video gerak penuh untuk setiap siswa.
Selama tahun 1990-an, portofolio berkembang dari kertas ke elektronik, dari jaringan lokal ke world wide web. Keterjangkauan teknologi untuk menciptakan portofolio elektronik yang lebih mudah diakses, berisi multimedia dan hypertext dilihat oleh beberapa praktisi dengan antusias tetapi ada kesadaran bahwa kita sedang dibentuk dengan cara yang tidak seorang pun mengerti sepenuhnya. Implikasi dari media elektronik baru ini bagi guru dan siswa adalah kebutuhan untuk melek huruf dengan cara baru, menantang, dan kompleks.
Dekade 2000-2010 adalah periode ketika teknologi menjadi bagian dari masyarakat arus utama dan teknologi pendidikan menjadi bagian dari pendidikan tinggi arus utama, bahwa teknologi digital sekarang menjadi fitur yang diterima dan diharapkan dari pendidikan tinggi. Teknologi telah menjadi bagian dari keseharian kehidupan di kampus dan bukanlah menjadi hal yang aneh lagi. Selama dekade ini, universitas dan staf serta mahasiswa telah banyak mengadopsi teknologi elearning, virtual learning environment (VLE), dunia virtual, video, blog, open education resources (OER), media sosial, dan e-portfolio ke dalam pengajaran pendidikan tinggi. dan ekosistem pembelajaran.
BAB III
PORTOFOLIO ELEKTRONIK SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI
- A. Portofolio Elektronik dan Konstruktivisme
Sebelum revolusi digital memicu transformasi di bidang pendidikan, para pendidik menggunakan portofolio fisik (physical portofolios) untuk mengumpulkan karya-karya siswa untuk melakukan penilaian atau mendokumentasikan kemampuan mereka. Dalam sejumlah bidang ilmu, seperti desain, seni rupa dan fotografi, portofolio digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan individu dan memamerkan karya siswa. Perkembangan yang sangat subur di bidang teknologi digital menggantikan portofolio fisik dengan portofolio digital dan telah meningkatkan kemampuan, fungsi, dan portabilitas koleksi (kumpulan karya siswa).
Selama bertahun-tahun, model assesmen tradisional seperti tes pilihan ganda telah digunakan untuk mengevaluasi kinerja siswa di sekolah , tetapi metode assesmen ini tidak efektif dan efisien karena tidak mampu menunjukkan kemampuan siswa yang sesungguhnya dan lebih didasarkan pada pendekatan behavioristis yang mendefinisikan pendidikan sebagai “habit formation”. Oleh karena itu, cara-cara asesmen tradisional tidak cukup untuk mengukur keterampilan-keterampilan siswa dalam berbagai bidang yang berbeda/ beragam.
Di sisi lain, pendekatan konstruktivisme yang berfokus pada siswa mendukung kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa ( student-centered activities) di dalam kelas dan mendefinisikan pendidikan sebagai ‘learning by doing” yang merupakan dasar metode-metode dan teknik-teknik pada pendidikan modern seperti project-based method. Karena fokus utamanya adalah learning by doing (belajar sambil melakukan), maka melakukan penilaian proses terhadap kemampuan siswa mensyaratkan metode-metode assesmen yang berbeda pula karena berkaitan dengan pemahaman siswa, perbedaan kepribadian, serta kemampuan individu siswa . Oleh karena itu, beberapa cara baru, seperti portofolio elektronik dikembangkan untuk menilai siswa.
Namun demikian, penggunaan portofolio elektronik dan perangkat asesmennya dalam pembelajaran Bahasa Inggris yang mengarah kepada kemandirian mahasiswa di Indonesia belum banyak. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran Bahasa Inggris berbasis portofolio beserta perangkat assesmen untuk mengembangkan kemandirian belajar mahasiswa dengan cara menggali literatur tentang portofolio elektronik, pembelajaran berbais portofolio elektronik, pembelajaran secara mandiri dalam pengajaran Bahasa Inggris, serta model assesmen berbasis portofolio elektronik untuk meningkatkan kemandirian dalam belajar Bahasa Inggris di perguruan tinggi.
- B. Karakteristik dan Implementasi Portofolio Elektronik dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Sebagaimana pendapat Rhodes (Rhodes, 2010), Batson (Farrell, 2020) juga menyatakan bahwa portofolio elektronik mungkin menjadi hal terbesar dalam inovasi teknologi di perguruan tinggi. Portofolio elektronik memiliki potensi yang lebih besar untuk mengubah pendidikan tinggi secara substantif daripada aplikasi teknologi lainnya yang telah kita kenal sejauh ini.
Ada begitu banyak definisi tentang E-portofolio atau portofolio elektronik. Portofolio elektronik adalah alat yang memungkinkan untuk mendokumentasikan dan mengelola sumber pembelajaran, sumber daya, produk, dan proses dalam budaya digital modern, secara mendalam dan berkelanjutan (Farrell, 2020). Meskipun ini mungkin definisi yang relatif bisa diterima, kenyataannya adalah bahwa tidak mudah menemukan rujukan literatur khusus yang secara jelas mendefinisikan apa itu e-portofolio dan penerapannya pada pendidikan tinggi. Portofolio elektronik mengacu pada bentuk digital dari portofolio fisik yang mendokumentasikan pembelajaran individu dan pengembangan pribadi (Kwok & Hui, 2018). Portofolio elektronik (eportfolio) adalah koleksi berbasis web tentang artefak ( dokumen, proyek multimedia, ucapan-ucapan, gambar, dll) serta refleksi terkait artefak tersebut yang disusun oleh siswa yang difokuskan pada pembelajaran dan perkembangan (Ciesielkiewicz, 2019). Konektivisme dan hipertekstualitas memberikan e-portofolio karakter tertentu bila dibandingkan dengan portofolio tradisional (Woodward & Nanlohy, 2004).
Ada beberapa alasan mengapa portofolio elektronik menjadi sebuah inovasi pembelajaran di perguruan tinggi (Goldsmith, 2007): Yang pertama, Portofolio elektronik dapat menghubungkan tugas kuliah mahasiswa dengan luaran (outcome) lembaga, sehingga mahasiswa dapat memahami hubungan/ keterkaitan antara kehidupan mereka secara pribadi dengan kerja-kerja akademik. Yang kedua, portofolio elektronik juga dapat meningkatkan proses pembelajaran dan melakukan assesmen mahasiswa secara autentik karena hal-hal yang memang dipersyaratkan pada sebuag portofolio elektronik. Yang ketiga, portofolio elektronik dapat membantu memfasilitasi dan mendokumentasikan pengalaman-pengalaman mahasiswa secara autentik .
Yang keempat, Portofolio elektronik juga dapat membantu menghemat waktu dan energy mahasiswa dan dosen (Schmitz et al., 2010). Yang kelima, Melalui portofolio elektronik mahasiswa dapat menyimpan informasi dengan mudah, memberikan akses yang mudah untuk tujuan menunjukkan dan review, serta mengurangi resiko hilangnya informasi, data, dll (Goldsmith, 2007). Yang keenam, portofolio elektronik dapat meningkatkan otonomi siswa. Penelitian yang dilakukan Gonzalez (González, 2009) menyimpulkan bahwa European Language Portfolio mendorong penggunaan assesmen portofolio elektronik dalam pendidikan bahasa karena portofolio elektronik dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa akan proses pembelajaran Bahasa Inggris dan implikasinya.
Selain sebagaimana disebutkan di atas,pPortofolio elektronik juga dapat meningkatkan pemberian umpan balik (feedback), refleksi (reflection), dan refleksi-diri (self-reflection). Portofolio elektronik memuat koleksi digital berupa artefak yang dimiliki siswa tentang tujuan (goals), capaian (achievement), pengalaman (experience), ide (ideas), dan lain sebagainya (Reese, Michael; Levy, 2009).
Referensi:
Abrami, P., & Barrett, H. (2005). Directions for research and development on electronic portfolios. Canadian Journal of Learning and Technology, 31(3). www.cjlt.ca/index.php/cjlt/article/ view/26487/19669
Bylieva, D., Bekirogullari, Z., Lobatyuk, V., & Nam, T. (2020). Analysis of the Consequences of the Transition To Online Learning on the Example of Mooc Philosophy During the Covid-19 Pandemic. Humanities & Social Sciences Reviews, 8(4), 1083–1093. https://doi.org/10.18510/hssr.2020.84103
Campbell, J. (1996). Electronic portfolios: A five-year history. Computers and Composition, 13(2), 185–194. https://doi.org/10.1016/S8755-4615(96)90008-0
Ciesielkiewicz, M. (2019). Education for employability: the ePortfolio from school principals’ perspective. On the Horizon, 27(1), 46–56. https://doi.org/10.1108/OTH-01-2019-0001
Dahlstrom, Eden; Walker, D.J.; Dziuban, C. (2013). ECAR Study of Undergraduate Students and Information Technology 2013. In EDUCAUSE (Vol. 1, Issue 1).
Dhawan, S. (2020). Online Learning: A Panacea in the Time of COVID-19 Crisis. Journal of Educational Technology Systems, 49(1), 5–22. https://doi.org/10.1177/0047239520934018
Farrell, O. (2020). From Portafoglio to Eportfolio: The Evolution of Portfolio in Higher Education. Journal of Interactive Media in Education, 1(19), 1–14. https://doi.org/10.5334/jime.574
Goldsmith, D. J. (2007). Enhancing learning and assessment through e-portfolios: A collaborative effort in Connecticut. New Directions for Student Services, 2007(119), 31–42. https://doi.org/10.1002/ss.247
González, J. Á. (2009). Promoting student autonomy through the use of the European Language Portfolio. ELT Journal, 63(4), 373–382. https://doi.org/10.1093/elt/ccn059
Haggerty, C., & Thompson, T. (2017). The challenges of incorporating ePortfolio into an undergraduate nursing programme. Open Praxis, 9(2), 245. https://doi.org/10.5944/openpraxis.9.2.554
Herliandry, L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. JTP - Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65–70. https://doi.org/10.21009/jtp.v22i1.15286
Järvinen, A., & Kohonen, V. (1995). Promoting Professional Development in Higher Education through Portfolio Assessment. Assessment & Evaluation in Higher Education, 20(1), 25–36. https://doi.org/10.1080/0260293950200104
Kwok, L. F., & Hui, Y. K. (2018). The role of e-portfolio for smart life long learning. Smart Innovation, Systems and Technologies, 70, 327–356. https://doi.org/10.1007/978-3-319-59454-5_11
Lorenzo, G., & Ittelson, J. (2005). An overview of e-portfolios (ELI Paper 1:2005). July. http://net.educause.edu/ir/library/pdf/ELI3001.pdf
Makarim, N. (2020). Potensi Pembelajaran Daring Permanen. https://www.merdeka.com/peristiwa/penjelasan-kemendikbud-soal-pembelajaran-online-di- perguruan-tinggi-bakal-permanen.html?page=2
Reese, Michael; Levy, R. (2009). Assessing the Future: E-Portfolio Trends, Uses, and Options in Higher Education. In Educause Center for Applied Research (Vol. 2009, Issue 4). https://doi.org/10.4324/9781315125411-12
Rhodes, T. L. (2010). Making Learning Visible and Meaningful Through Electronic Portfolios. Change: The Magazine of Higher Learning, 43(1), 6–13. https://doi.org/10.1080/00091383.2011.538636
Schmitz, C. C., Whitson, B. A., Van Heest, A., & Maddaus, M. A. (2010). Establishing a usable electronic portfolio for surgical residents: Trying to keep it simple. Journal of Surgical Education, 67(1), 14–18. https://doi.org/10.1016/j.jsurg.2010.01.001
Song, B. K. (2020). E-portfolio implementation: Examining learners’ perception of usefulness, self-directed learning process and value of learning. Australasian Journal of Educational Technology, 37(1), 68–81. https://doi.org/10.14742/ajet.6126
Strohmeier, S. (2010). Electronic Portfolios in Recruiting? a Conceptual Analysis of Usage. Journal of Electronic Commerce Research, 11(4), 268.
Suharwoto, G. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19, Tantangan yang mendewasakan. Pusdatin Kemendikbud R.I. https://pusdatin.kemdikbud.go.id/pembelajaran-online-di-tengah-pandemi-covid-19-tantangan-yang-mendewasakan/
Tria, J. Z. (2020). The COVID-19 Pandemic through the Lens of Education in the Philippines: The New Normal. International Journal of Pedagogical Development and Lifelong Learning, 1(1), ep2001. https://doi.org/10.30935/ijpdll/8311
Wall, B. C., & Peltier, R. F. (1996). “Going public” with electronic portfolios: Audience, community, and the terms of student ownership. Computers and Composition, 13(2), 207–217. https://doi.org/10.1016/S8755-4615(96)90010-9
Woodward, H., & Nanlohy, P. (2004). Digital portfolios: Fact or fashion? Assessment and Evaluation in Higher Education, 29(2), 227–238. https://doi.org/10.1080/0260293042000188492
Yancey, K. B. (2015). Grading ePortfolios: Tracing Two Approaches, Their Advantages, and Their Disadvantages. Theory into Practice, 54(4), 301–308. https://doi.org/10.1080/00405841.2015.1076693
No comments:
Post a Comment